Belajar Tolong Menolong dari Ikhwan Muslimin di Mesir

Di sebalik tragedi memilukan yang menimpa jemaah Ikhwanul Muslimin, tersirat jutaan hikmah yang boleh kita petik. Salah satunya spirit ta'awun (tolong menolong) antara ahli jemaah dan korban rampasan kuasa.

Boleh dibayangkan. Hitungan kasar menyebutkan, lebih daripada 40,000 anggota Ikhwan Muslimin dari level pusat hingga desa mengisi ruang-ruang seram penjara. Persoalannya, siapa yang menyara ahli keluarga dari jumlah sedemikian banyak itu?

Padahal seluruh asset Ikhwan disita. Tempat usaha orang yang terindikasi Ikhwan ditutup. Dana di akaun dibekukan. Bahkan kerajaan kudeta membuat dasar baru, sesiapa yang aktif menolak rampasan kuasa, maka akan dihapuskan hak perubatan dan hak mendapatkan jaminan sosial.

Siasat punya siasat, Hal yang membuat rakyat aksi anti rampasan kuasa adalah, jiwa tolong menolong yang kini tidak hanya dilakukan oleh organisasi inti Ikhwan Muslimin, tapi juga oleh simpati yang dahulu merasakan kebajikan dan ketulusan bakti anggota Ikhwan.

Seorang kaya Mesir misalnya, mengatur strategi untuk memberi sumbangan 1000 LE kepada mangsa-mangsa yang ditangkap tentera rampasan kuasa setiap bulan. Namun keluarga mangsa tidak menghabiskan wang sejumlah itu untuk keperluan sendiri. Ia menyumbangkan setengah dari wang sumbangan tersebut kepada keluarga korban syahid di bandar yang sama. Kisah-kisah lain teramat banyak, tidak cukup dikisahkan dalam blog ini.

'Alaa kulli haal. Kita akan selalu bertanya-tanya, apa yang menyebabkan demonstrasi antikudeta tidak pernah habis. 

Jelas jawapannya, di medan jihad seluruh anggota Ikhwanul Muslimin berperanan. Sesuai janji yang telah diteguhkan, berjuang menegakkan Kalimatullah dalam keadaan apapun: senang susah, suka duka, sedih gembira.