Kunjungan Tetamu

OK TAK BLOG NI?

Pilih Tajuk Melarik

get this widget here

Followers

Saudara/ri jelajah dari penjuru dunia

Flag Counter

Tuesday, October 8, 2013

Perdebatan Bahagian 2




PENJELASAN: Penipuan tentang samanya perdebatan itu dengan musyawarah para sahabat dan pertukar fikiran ulama salaf.

Ketahuilah bahwa golongan tersebut, kadang-kadang menjerumuskan manusia ke dalam fahamannya dengan mengatakan : "Bahwa maksud kami dari perdebatan itu mencari kebenaran supaya kebenaran itu nyata, kerana kebenaranlah yang dicari. Bertolong-tolongan membahas ilmu dan melahirkan isi hati itu, ada faedah dan gunanya. Dan begitulah 'adat kebiasaan para sahabat ra. dalam bermusyawarah yang diadakan mereka seperti musyawarah mengenai masalah nenek laki-laki, saudara laki-laki (dalam soal warisan), hukuman minum khamar, kewajiban membayar atas imam (ketua pemerintahan) apabila ia bersalah. Seperti kejadian seorang wanita keguguran kandungannya kerana takut kepada Umar ra. dan seperti masalah pusaka dan lainnya. Dan seperti persoalan-persoalan yang diterima dari Asy-Syafi'i, Ahmad, Muhammad bin Al-Hasan, Malik, Abu Yusuf dan lainnya dari para ulama. Kiranya dirahmati Allah mereka itu sekalian!".

Akan nampak kepada anda penipuan itu, dengan apa yang akan saya terangkan ini. Yaitu, benar bahwa bertolong-tolongan mencari kebenaran itu sebahagian dari agama. Tetapi mempunyai syarat dan tanda yang lapan perkara.

PERTAMA : Bahwa tidak bekerja mencari kebenaran yang termasuk dalam fardhu-kifayah itu, orang-orang yang belum lagi menyelesaikan fardhu 'ain. Dan orang yang masih berkewajiban dengan sesuatu fardhu 'ain, lalu mengerjakan fardhu-kifayah dengan dakwa-an bahwa maksudnya benar, adalah pendusta. Contohnya seumpama orang yang meninggalkan solatnya sendiri, bekerja menyediakan kain dan menjahitkannya dengan mengatakan : "Bahwa maksud ku hendak menutup aurat orang yang bersolat telanjang dan tidak memperoleh kain".

Penjawaban itu mungkin logik dan boleh saja terjadi, seumpama apa yang didakwakan oleh ahli fiqih, bahwa kejadian hal-hal yang luar biasa, yang menjadi bahan pembahas dan perselisihan itu, bukan tidak mungkin.

Yang jelas, orang-orang yang 'asyik bertengkar itu, menyianyiakan urusan yang telah disepakati atas fardhu 'ainnya. Orang yang dihadapkan kepadanya untuk mengembalikan barang simpanan sekarang juga, lalu tegak berdiri bertakbir melakukan solat suatu ibadah yang mendekatkan manusia kepada Tuhannya,adalah berdosa.

Jadi tidak cukup untuk menjadi seorang yang ta'at, sebab perbuat-annya termasuk perbuatan ta'at, sebelum dijaga padanya waktu, syarat dan tata-tertib pada mengerjakannya.

KEDUA : bahwa tidak melihat fardhu-kifayah itu lebih penting dari perdebatan. Jika ia melihat ada sesuatu yang lebih penting, lalu mengerjakan yang lain maka berdosalah ia dengan sikapnya itu. Contohnya seumpama orang yang melihat serombongan orang ke-hausan yang hampir binasa dan tak ada yang menolongnya. Orang tadi sanggup menolong dengan memberikan air minum. Tetapi dia pergi mempelajari berbekam dengan mendakwakan bahwa pelajaran berbekam itu termasuk fardhu-kifayah dan kalau kosong negeri dari pengetahuan berbekam maka akan binasalah manusia. Dan kalau dikatakan kepadanya bahwa dalam negeri banyak ahli bekam dan lebih dari cukup lalu jawabnya bahwa-ia 'tidak dapat merubah pekerjaan berbekam menjadi tidak fardhu kifayah lagi. Maka peristiwa orang yang pergi mempelajari berbekam dan menyia-nyiakan nasib orang yang menghadapi bahaya kehausan itu, dari orang muslimin, samalah halnya dengan peristiwa orang yang 'asyik mengadakan perdebatan sedang dalam negeri terdapat banyak fardhu kifayah yang disia-siakan, tak ada yang mengerjakannya. Mengenai fatwa maka telah bangun segolongan manusia melaksanakannya.

Tak ada satu negeripun yang didalamnya fardhu kifayah, yang tidak disia-siakan. Dan para ulama fiqih tidak menaruh perhatian kepadanya. Contoh yang paling dekat ialah ilmu kedokteran. Hampir seluruh negeri tidak didapati seorang dokter muslim yang boleh diperpegangi kesaksiannya mengenai sesuatu yang dipegang pada agama atas kemahiran dokter. Dan tak ada seorangpun dari pada ahli fiqih yang suka bekerja dalam lapangan kedokteran.

Begitu pula amar ma'ruf dan nahi munkar, termasuk dalam fardhu kifayah. Kadang-kadang seorang pendebat dalam majlis perdebatan melihat sutera dipakai dan dipasang pada tempat duduk. Dia tinggal berdiam diri dan terus berdebat dalam persoalan, yang sekalipun tak pernah terjadi. Kalaupun terjadi maka bangunlah serombongan fuqaha' menyelesaikannya. Kemudian mendakwakan bahwa maksudnya dengan fardhu kifayah tadi, ialah mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.

Diriwayatkan Anas ra. bahwa orang bertanya kepada Nabi صلى الله عليه وسلم

يا رسول الله متى يترك الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر

 Artinya "Pabilakah amar ma'ruf dan nahi munkar itu ditinggalkan orang?".

Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم 

فقال عليه السلام إذا ظهرت المداهنة في خياركم والفاحشة في شراركم وتحول الملك في صغاركم والفقه في أراذلكم

Artinya :"Apabila telah lahir sifat berminyak air dalam kalangan orang pilihan dari kamu dan perbuatan keji dalam kalangan orang jahat dari kamu dan berpindah pemerintahan dalam kalangan orang-orang kecil dari kamu dan fiqih (hukum) dalam kalangan orang-orang yang hina dari kamu ".

[Dirawikan Ibnu Majah dengan isnad hasan.]

KETIGA : bahwa adalah seorang pendebat itu mujtahid, berfatwa dengan pendapatnya sendiri, tidak dengan mazhab Asy-Syafi'i, Abu Hanifah dan lainnya. Sehingga apabila lahirlah kebenaran dari mazhab Abu Hanifah maka ditinggalkannya yang sesuai dengan pendapat Asy-Syafi'i dan berfatwalah dia menurut kebenaran itu seperti yang diperbuat para shahabat ra. dan para imam.

Adapun orang, yang tidak dalam tingkat ijtihad dan memang begitulah keadaan orang sekarang maka berfatwalah dia dalam persoalan yang ditanyakan kepadanya menurut mazhab yang dianutnya. Kalau ternyata lemah mazhabnya maka tak boleh ditinggalkannya.

Dari itu, apakah faedahnya ia mengadakan perdebatan, sedang mazhabnya sudah dikenal dan dia tak boleh berfatwa dengan yang lain?

Kalau ada yang sulit, dia harus mengatakan : "Semoga ada jawaban tentang ini pada yang empunya mazhabku. Kerana aku tidak berdiri sendiri dengan berijtihad pada usul-usul agama".

Kalau ada pembahasannya mengenai persoalan yang mempunyai dua pendapat atau dua kata (qaul) dari yang empunya mazhab itu sendiri, maka dalam hal ini dapat meragukan baginya. Mungkin dia berfatwa dengan salah satu dari dua pendapat itu, kerana sepanjang penyelidikannya, ia condong kepada yang satu itu. Maka tak adalah sekali-kali jalan untuk berdebat dalam hal tersebut.

Tetapi mungkin pula, ditinggalkannya persoalan yang mempunyai dua pendapat atau kata itu dan dicarinya persoalan yang ada perselisihan pendapat padanya sudah pasti.

KEEMPAT : bahwa tidak diperdebatkan selain dalam persoalan yang terjadi atau biasanya akan terjadi dalam masa dekat. Kerana para sahabat ra. tidak mengadakan musyawarah selain dalam persoalan yang selalu terjadi atau biasanya terjadi seumpama persoalan warisan (faraidl).

Tetapi, kami tidak melihat tukang berdebat itu mementingkan pengecaman dengan mengeluarkan fatwa tentang persoalan yang Barang terjadi. Akan tetapi mereka memukul tambur dengan suara nyaring, supaya lingkaran pertengkaran itu semakin meluas dengan tak memikirkan apa yang akan terjadi.

Kadang-kadang ditinggalkan mereka persoalan yang banyak terjadi itu dengan mengatakan  "Itu soal khabar angin atau soal yang diketepikan yang tak layak diperdengarkan".

Yang menghairankan, ialah tujuan mereka mencari kebenaran. Tetapi persoalan yang semacam itu ditinggalkan, beralasan khabar angin. Dan pada khabar angin tak dapat diperoleh kebenaran. Atau persoalan itu tak layak diketengahkan ke muka umum. 

Mengenai hal ini, tak payah kami perpanjang kalam. Menuju kepada kebenaran biarlah dengan kata yang ringkas, lekas menyampaikan kepada maksud, tidak berpanjang-panjang.

KELIMA : bahwa perdebatan itu lebih baik diadakan pada tempat yang sepi dari pada dihadapan orang ramai dan di muka para pembesar dan penguasa-penguasa. Pada tempat yang sepi, pemikiran itu dapat dipusatkan dan lebih layak untuk memperoleh kejernihan hati, pikiran dan kebenaran.

Kalau di muka umum, dapat menggerakkan riak, mendorong masing-masing pihak untuk menjadi pemenang, benar dia atau salah.

Anda tahu bahwa orang suka ke tempat umum dan dihadapan orang banyak, tidaklah kerana Allah Ta'ala. Kalau di tempat yang sepi, masing-masing mahu memberikan kesempatan waktu kepada kawan-nya untuk berfikir dan berdiam diri. Kadang-kadang diberikan cadangan dan dibiarkan tidak menjawab dengan cepat.

Tetapi bila di muka umum atau dihadapan pertemuan besar, masing-masing pihak tidak mahu meninggalkan kesempatan, sehingga mahu dia saja yang berbicara.

KEENAM : bahwa dalam mencari kebenaran itu, tak ubahnya seperti orang mencari barang hilang. Tak berbeza antara diperolehnya sendiri atau orang lain yang menolongnya.

Dia memandang temannya berdebat itu penolong, bukan musuh. Diucapkannya terima kasih, waktu diberitahukannya kesalahan dan dilahirkannya kebenaran.

Seumpama kalau dia mengambil jalan mencari barangnya yang hilang, lalu temannya memberitahukan bahwa barang yang hilang itu berada pada jalan yang lain, Tentu akan diucapkannya terima kasih, bukan dimakinya. Tentu akan dimuliakannya dan disambutnya dengan gembira.

Demikianlah adanya musyawarah para sahabat Nabi saw. itu. Seorang wanita pernah membantah keterangan Umar ra. dan menerangkan kepadanya yang benar, di waktu Umar sedang berpidato dihadapan rakyat yang ramai.

Maka menjawab Umar : "Benar wanita itu dan salah laki-laki ini!".

Bertanya seorang laki-laki kepada Ali ra. Lalu Ali memberi penjawaban atas pertanyaan itu.

Lalu menyahut laki-laki tadi : "Bukan begitu wahai Amirul mu'-minin. Tetapi bagini.............begini.........................!".

Maka menjawab Ali : "Anda benar dan aku salah. Di atas tiap-tiap yang berilmu, ada lagi yang lebih berilmu".

Ibnu Mas'ud menyalahkan Abu Musa Al-Asy'ari ra. dalam suatu persoalan. Maka berkata Abu Musa : "Janganlah kamu bertanya kepadaku tentang sesuatu, selama tokoh ini masih dihadapan kita".

Persoalan itu yaitu Abu Musa ditanyakan tentang orang yang berperang sabilullah lalu tewas, maka menjawab Abu Musa : "Masuk syurga".

Abu Musa ketika itu menjadi amir di Kufah.

Tatkala mendengar jawaban Abu Musa tadi, maka bangun Ibnu Mas'ud seraya berkata : "Ulang lagi pertanyaan tersebut kepada Amir itu, barangkali dia belum mengerti!".

Yang hadir mengulangi lagi pertanyaan di atas dan Abu Musa menjawab pula seperti tadi. Maka berkata Ibnu Mas'ud : "Saya mengatakan bahwa jika orang itu tewas maka ia memperoleh kebenaran, maka dia dalam Syurga".

Maka menjawab Abu Musa : "Yang benar ialah yang dikatakan Ibnu Mas'ud".

Demikianlah kiranya keinsafan bagi orang yang mencari kebenaran.

Kalau umpamanya seperti itu sekarang dikatakan kepada seorang riak dengan mengatakan : "Tak perlu dikatakan, -diperolehnya kebenaran, sebab hal itu semua orang sudah tahu".

Lihatlah tukang-tukang berdebat masa kita sekarang ini, apabila kebenaran itu datang dari mulut lawannya, maka hitamlah mukanya. Dia merasa malu dan berusaha sekuat tenaganya, menentang kebenaran tadi. Dan betapa pula dicacinya terus-menerus selama hidup-nya, orang yang telah mematahkan keterangannya itu.

Kemudian tidak pula malu menyamakan dirinya dengan para sahabat ra. tentang bekerja sama dan tolong-menolong mencari kebenaran.

KETUJUH : Jangan dilarang teman yang berdebat, berpindah dari satu dalil ke lain dalil dan dari satu persoalan ke lain persoalan. Demikianlah adanya perdebatan ulama salaf pada masa yang lampau.

Tetapi sekarang lain, dari mulut orang berdebat itu meluncur seluruh bentuk pertengkaran yang tidak-tidak, baik terhadap dirinya sendiri atau terhadap orang Iain. Seumpama katanya  "Ini tidak perlu saya sebutkan. Itu bertentangan dengan keterangan saudara yang pertama. Dari itu tidak diterima".

Sebenarnya, kembali kepada kebenaran adalah merombak yang batil dan wajib diterima. Anda melihat sekarang seluruh majlis perdebatan, habis waktunya menolak dan bertengkar, sampai memberi keterangan dengan alasan-alasan sangkaan.

Untuk menolak alasan tadi, lalu yang sepihak lagi bertanya : "Apa keterangannya, maka untuk menetapkan hukum masalah itu, didasarkan kepada alasan tadi?"

Pihak pertama menolak dengan mengatakan : "Itulah yang ada padaku. Kalau ada pada saudara yang lebih terang dan kuat dari itu, cuba terangkan supaya saya dengar dan saya perhatikan!".

Maka terus-meneruslah orang itu bertengkar dan menyebut kata-kata yang lain lagi yang tidak saya sebutkan tadi, seumpama : "Saya tahu, tetapi tidak mahu saya sebutkan, sebab tidak perlu saya menyebutkannya!

Yang sepihak lagi mendesak untuk diterangkan apa yang disebutnya itu. Tetapi pihak yang kedua ini tetap menolak.

berpanjangan majlis perdebatan itu dengan bersoal dan berjawab.

Pihak yang mengatakan bahwa dia tahu,'tetapi tidak bersedia menerangkannya, beralasan tidak perlu, adalah bohong, membohongi agama. Kerana bila sebenarnya ia tidak tahu, tetapi mengatakan tahu supaya lawannya lemah, maka dia itu adalah seorang fasiq pendusta, derhaka kepada Allah dan berbuat yang dimarahi Allah dengan mengatakan tahu, padahal tidak.

Kalau benar ia tahu, maka dia menjadi seorang fasiq kerana menyembunyikan apa yang diketahuinya dari ilmu agama, sedang saudaranya seagama telah bertanya untuk mengerti dan mengetahuinya. Kalau saudara seagama itu seorang yang berilmu, maka dia dapat kembali kepada kebenaran. Kalau seorang yang berilmu kurang, maka lahirlah kekurangannya dan dapatlah ia keluar dari kegelapan bodoh kepada sinar ilmu yang terang-benderang.

Dan tak khilaf lagi bahwa melahirkan apa yang ketahui dari ilmu agama setelah ditanyakan, adalah wajib dan perlu.

Dari itu, katanya : "Tidak perlu bagi saya menyebutkannya" adalah berlaku perkataan itu dalam perdebatan yang diadakan untuk me-menuhi hawa nafsu dan ingin mencari jalan untuk melepaskan diri. Kalau bukan demikian, maka menerangkan yang diketahui itu adalah wajib sepanjang agama. Maka dengan enggannya menerangkan, jadilah dia pendusta atau fasiq.

Perhatikanlah musyawarah para sahabat ra. dan bersoal jawab para ulama salaf! Adakah anda mendengar semacam itu? Adakah dilarang orang berpindah dari satu dalil ke dalil yang lain, dari qias ke perkataan sahabat dan dari hadits ke ayat? Tidak, bahkan seluruh perdebatan mereka termasuk ke dalam golongan tadi. Kerana mereka menyebutkan apa yang terguris di hati, dengan tidak sembunyi-sembunyi. Dan masing-masing mendengamya dengan penuh perhatian.

KEDELAPAN : bahwa perdebatan itu diadakan dengan orang yang diharapkan ada faedanya bagi orang itu, seperti orang yang sedang menuntut ilmu.
Biasanya sekarang, orang menjaga jangan sampai berdebat dengan tokoh-tokoh yang terkemuka dalam lapangan ilmu pengetahuan. Karena takut nanti lahir kebenaran dari mulut mereka. Dari itu dipilih dengan orang yang lebih rendah ilmunya, karena mengharap yang batil itu bisa laris.

Di balik syarat-syarat yang tersebut, ada lagi teberapa syarat yang penting juga. Tetapi dengan syarat yang delapan itu, cukuplati kiranya memberi petunjuk kepada anda, siapa kiranya yang berdebat karena Allah dan siapa yang berdebat karena sesuatu maksud.

Ketahuilah secara keseluruhan, bahwa orang yang tidak mendebati setan, di mana setan itu ingin menguasai hatinya dan musuhnya yang terbesar, yang senantiasa mengajaknya kepada kebinasaan, lalu tampil mendebati orang lain mengenai masalah-masalah, di mana seorang mujtahid memperoleh pahala atau mendapat bahagian dari orang yang memperoleh pahala, maka orang tersebut membawa tertawaan setan dan menjadi ibarat bagi orang-orang yang ikhlas,

Kerana itu, waspadalah terhadap tipuan syaitan, yang selalu berusaha menjerumuskan manusia ke dalam kegelapan bahaya yang akan kami perinci dan menerangkan penjelasannya.


Kepada Allah Ta'ala kita meminta pertolongan yang baik serta taufiq!.

Monday, October 7, 2013

Perdebatan bahagian 1





Mengenai sebabnya manusia suka kepada ilmu khilafiah.Penghuraian    bahaya perdebatan dan pertengkaran. Syarat-syarat pembolehannya.

Ketahuilah bahwa jabatan khalifah sesudah Nabi صلى الله عليه وسلم  dipegang oleh khulafa' rasyidin dengan petunjuk Allah (yaitu : Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali). Mereka adalah imam, ahli ilmu dan faham segala hukum Allah. Bebas mengeluarkan fatwa dan sanggup mennyelesaikan segala peristiwa hukum. Tak kisah meminta bantuan ahli-ahli hukum Islam (fuqaha'). Kalau pun ada maka amat jarang sekali, yaitu mengenai peristiwa-peristiwa yang harus dimusyawa-rahkan.

Dari itu, maka para alim ulama dapat menghadapkan perhatian dan segala kesungguhannya kepada ilmu akhirat. Menolak mengeluarkan fatwa dan apa yang ada hubungannya dengan hukum duniawi. Mereka menghadapkan diri dengan kesungguhan yang maksi-mal kepada Allah Ta'ala, sebagaimana dapat dibaca dalam riwayat hidup para alim ulama itu sendiri.

Sewaktu jawatan khalifah jatuh ke tangan golongan-golongan sesudah khulafa rasyidin itu, yang mengendalikan pemerintahan tanpa hak dan kesanggupan dengan ilmu yang berhubungan dengan fatwa dan hukum maka terpaksalah meminta tolong kepada para fuqaha' dan mengikut-sertakan mereka dalam segala hal untuk meminta fatwa waktu menjalankan hukum.

Dalam pada itu, masih ada juga diantara para ulama tabi'in, yang tetap dalam suasana yang lampau, berpegang teguh kepada tradisi agama, tidak melepaskan ciri-ciri ulama salaf (ulama terdahulu). Mereka ini bila diminta, lalu melarikan diri dan menolak. Sehingga terpaksalah para khalifah itu melakukan paksaan dalam pengang-katan anggota kehakiman dan pemerintahan.

Maka kelihatanlah kepada rakyat umum kebesaran ulama dan perhatian para pembesar dan wali negara kepada mereka. Sedang dari pihak alim ulama itu sendiri, menolak dan menjauh kan diri. Lalu rakyat umum tampil menuntut ilmu pengetahuan, ingin memperoleh kemudahan dan kemegahan mereka bertekun mempelajari ilmu yang berhubungan dengan fatwa dan hukum. Kemudian datang memperkenalkan diri kepada para wali negeri, memohonkan kedudukan dan jabatan.

Diantaranya ditolak dan ada juga yang diterima. Yang diterima tidak luput dari kehinaan meminta-minta dan mohon dikasihani. Maka jadilah para fuqaha" itu meminta sesudah tadinya diminta. Hina dengan menyembah-nyembah kepada pembesar sesudah tadinya mulia dengan berpaling dari penguasa-penguasa itu. Yang terlepas dari keadaan tersebut ialah orang-orang dari para ulama agama Allah yang memperoleh taufiq dari padaNya.

Amat besar perhatian pada masa itu kepada ilmu fatwa dan hukum kerana sangat diperlukan, baik didaerah-daerah atau di pusat pemerintahan.


Sesudah itu lahirlah dari orang-orang terkemuka dan pembesar-pembesar golongan yang suka memperhatikan percakapan manusia tentang kaedah-kaedah kepercayaan dan tertarik hatinya mendengar dalil-dalil yang dikemukakan. Maka timbullah kegemaran bertukar-pikiran dan berdebat dalam ilmu kalam. Perhatian orang banyak pun tertumpah kepada ilmu itu. Lalu diperbanyak karangan dan disusun cara berdebat. Dan dikeluarkanlah ulasan tentang mana kata-kata yang bertentangan.

Mereka mendakwakan bahwa tujuannya ialah mempertahankan agama Allah dan Sunnah Nabi saw. serta membasmi bid'ah sebagaimana orang-orang sebelum mereka ini, mendakwakan untuk agama dengan bekerja dalam lapangan fatwa dan mengurus perihal hukum. Kerana belas-kasihan kepada makhluk Tuhan dan untuk pengajaran kepada mereka.

Sesudah itu muncul lagi, dari kalangan terkemuka orang-orang yang memang tidak benar terjun ke dalam ilmu kalam dan membuka pintu perdebatan didalamnya. Sebab telah menimbulkan kefanatikan yang keji dan permusuhan yang meluap-luap, yang membawa kepada pertumpahan darah dan penghancuran negeri. Tetapi golongan ini tertarik kepada bertukar-fikiran tentang fiqih dan khusus memperbandingkan mana yang lebih utama diantara mazhab Syafi'i dan madzhab Abu Hanifah ra.

Maka manusia pun meninggalkan ilmu kalam dan bahagian-bahagiannya, terjun ke dalam masalah-masalah khilafiah antara aliran Syafi'i dan Abu Hanifah khususnya. Dan tidak begitu mementingkan apakah yang terjadi antara malik, Sulfan Ats-Tsufridan Ahmad ra. serta ulama-ulama lainnya.

Mereka mendakwakan bahwa maksudnya adalah mencari hukum agama secara mendalam, menetapkan alasan-alasan mazhab dan memberikan kata pengantar bagi pokok-pokok fatwa. Lalu diperbanyak karangan dan pemahaman hukum, disusun bermacam-macam cara berdebat dan mengarang.

Keadaan itu djteruskan mereka sampai sekarang. Kami tidak dapat menerka, apa yang akan ditaqdirkan Tuhan sesudah kami, pada masa-masa yang akan datang,
Maka inilah kiranya penggerak kepada orang sampai bertekun dalam masalah khilafiah dan perdebatan. Tidak lain!

Kalaulah condong hati penduduk dunia untuk berselisih dengan imam yang lain dari imam-imam tadi atau kepada ilmu yang lain dari bermacam-macam ilmu pengetahuan, maka golongan yang tersebut di atas akan tertarik juga dan tidak tinggal diam dengan alasan bahwa apa yang dikerjakannya itu adalah ilmu agama dan tujuannya tak lain dari pada mendekatkan diri kepada Tuhan seru sekalian alam.

Kilik disini sambungan

Monday, September 30, 2013

10 AMALAN T E R B A L I K YG TIDAK DISEDAR


Antara amalan-amalan yang mengalami tranformasi dari keadaan asal:

1. Amalan kenduri arwah beberapa malam yang dilakukan oleh keluarga simati selepas sesuatu kematian (malam pertama, kedua, ketiga, ketujuh dan seterusnya) adalah terbalik dari apa yang dianjurkan oleh Rasulullah di mana Rasulullah telah menganjurkan jiran tetangga memasak makanan untuk keluarga simati untuk meringankan kesusahan dan kesedihan mereka. Keluarga tersebut telah ditimpa kesedihan, terpaksa pula menyedia makanan dan belanja untuk mereka yang datang membaca tahlil. Tidakkah mereka yang hadir makan kenduri tersebut khuatir kalau-kalau mereka termakan harta anak yatim yang ditinggalkan oleh simati atau harta peninggalan simati yang belum dibahagikan kepada yang berhak menurut Islam?

“Abdullah bin Ja’far berkata: Ketika tersebar tentang berita terbunuhnya Ja’far, Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda: Hendaklah kamu menyediakan makanan untuk keluarga Ja’far, mereka telah ditimpa keadaan yang menyebukkan (kesusahan)”
(Dihasankan oleh at-Turmizi dan di sahihkan oleh al-Hakim)

2. Kalau hadir ke kenduri walimatul urus (kenduri kahwin) orang kerap salam berisi (hadiah wang yang diberi semasa bersalam). Kalau tak ada duit nak dikepit dalam tangan, maka segan ia nak pergi makan kenduri. Tetapi kalau ia menziarah orang mati, tidak segan pula salam tak berisi. Sepatutnya kalau menziarah keluarga si matilah kita patut memberi sedekah. Kalau ke kenduri kahwin, tak bagi pun tak apa kerana tuan rumah panggil untuk diberi makan bukan untuk ia menambah pendapatan.

3. Ketika menghadiri majlis pemimpin negara kita berpakaian cantik, kemas dan segak tetapi bila mengadap Allah baik di rumah maupun di masjid, pakaian lebih kurang saja bahkan ada yang tak berbaju. Tidakkah ini suatu perbuatan yang terbalik.

4. Kalau menjadi tetamu di rumah orang dan di beri jamuan, kita rasa segan nak makan sampai habis apa yang dihidangkan kerana rasa segan dan malu, sedangkan yang dituntut dibanyakkan makan dan dihabiskan apa yang dihidang supaya tuan rumah rasa gembira dan tidak membazir.

5. Kalau bersolat sunat di masjid amat rajin, tapi kalau di rumah, sangat malas. Sedangkan sebaik-baiknya solat sunat banyak dilakukan di rumah seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk mengelakkan rasa riak.

6. Bulan puasa adalah bulan mendidik nafsu termasuk nafsu makan yang berlebihan tetapi kebanyakan orang mengaku bahawa dalam carta perbelanjaan setiap rumah orang Islam akan kita dapati perbelanjaan di bulan puasa adalah yang tertinggi dalam setahun. Sedangkan sepatutnya perbelanjaan di bulan puasa yang terendah. Bukankah terbalik amalan kita?

7. Kalau nak mengerjakan haji, kebanyakan orang akan membuat kenduri sebelum bertolak ke Mekah dan apabila balik dari Mekah tak buat kenduri pun. Anjuran berkenduri dalam Islam antaranya ialah kerana selamat dari bermusafir, maka dibuat kenduri, bukan kerana nak bermusafir, maka dibuat kenduri. Bukankah amalan ini terbalik? Atau kita mempunyai tujuan lain.

8. Semua ibubapa amat bimbang kalau-kalau anak mereka gagal dalam periksa. Maka dihantarlah ke kelas tuisyen walau pun banyak belanjanya. Tapi kalau anak tak boleh baca Quran atau solat, tak bimbang pula bahkan tak mahu hantar tuisyen baca Quran atau kelas khas mempelajari Islam. Kalau guru tuisyen sanggup dibayar sebulan RM20.00 satu pelajaran 8 kali hadir tapi kepada Tok Guru Quran nak bayar RM15.00 sebulan 20 kali hadir belajar pun menggeletar tangan. Bukankah terbalik amalan kita? Kita sepatutnya lebih berbimbang jika anak tidak dapat baca Al Quran atau bersolat dari tidak lulus periksa.

9. Kalau bekerja mengejar rezeki Allah tak kira siang malam, pagi petang, mesti pergi kerja. Hujan atau ribut tetap diharungi kerana hendak mematuhi peraturan kerja. Tapi ke rumah Allah (masjid) tak hujan, tak panas, tak ribut pun tetap tak datang ke masjid. Sungguh tak malu manusia begini, rezeki Allah diminta tapi nak ke rumahNya segan dan malas.

10. Seorang isteri kalau nak keluar rumah samada dengan suami atau tidak, bukan main lagi berhias. Tetapi kalau duduk di rumah, masyaAllah. Sedangkan yang dituntut seorang isteri itu berhias untuk suaminya, bukan berhias untuk orang lain. Perbuatan amalan yang terbalik ini membuatkan rumah tangga kurang bahagia. 
hagia .


Thursday, September 5, 2013

Pandangan Tokoh Salafi Mesir Terhadap Jamaah Ikhwanul Muslimin



Syaikh DR Ihab Syaihah , pemimpin Parti Ashalah Mesir yang juga bergabung pada komuniti Salafi selain Parti An Nur, menyampaikan pernyataan dan pandangannya tentang Ikhwanul Muslimin Mesir. Ia mengaku mempunyai beberapa pandangan yang berbeza dengan Ikhwanul Muslimin, namun juga mengakui kelebihan Ikhwanul Muslimin.

"Aku tidak pernah melihat anak-anak dibina dengan doktrin bahawa menolong agama Allah adalah menjadi falsafah dan tujuan hidup mereka seperti anak- anak didik Ikhwanul Muslimin. Walaupun harus ku akui aku berbeza pendapat dalam beberapa hal dengan mereka. Kekagumanku pada Ikhwan ini sampai-sampai menggiringku dan isteriku berniat untuk menggabungkan anak-anak kami agar dibina ditengah-tengah tarbiyah ( pendidikan) pembinaan Ikhwanul Muslimin. Hal ini kerana kami kaum Salafi merasa telah kehilangan manhaj tarbiyah (pedoman pendidikan) dalam pembinaan yang selama ini hanya kami hadkan dalam kesalafian saja, " ujarnya.

Selain itu, ia juga kagum pada keperibadian DR Muhammad Al Baltaji , jurucakap Ikhwanul Muslimin yang keras dan tegas terhadap rejim tentera Mesir.

" Sering ku katakan kepada saudaraku tercinta al akh DR Muhammad Al Baltaji dari Ikhwanul Muslimin bahawa jika seandainya jamah Ikhwan punya sepuluh orang saja seperti beliau pasti keadaan Ikhwan akan jauh lebih baik lagi tentunya dari sekarang. Itu menurutku . Pasti arus suara Ikhwan yang revolusionis akan melengkapi suara -suara yang bertahan dan pasif, "kata anggota Nasional untuk Legitimasi ini .

"Akhi Al Baltaji , engkau memang orang yang luar biasa! " Pujinya kepada tokoh Ikhwan yang puterinya ditembak sniper rejim tentera dan kini ia sendiri berada di penjara rejim.

Syaikh DR Ihab Syihah juga menyatakan penyesalannya di masa lalu yang selalu mengkritik keras kepimpinan presiden terpilih DR Muhammad Mursi .

"Dulu aku sering mengkritik keputusan- keputusan presiden Mursi dengan sangat pedas , mudah- mudahan Allah segera membebaskan beliau ,, akan tetapi beliau selalu merangkul kami menerima kami , walaupun kata- kata kasar selalu terlontar terhadap beliau. Sekarang setelah segala pengkhianatan tentera ini dan semakin jelasnya kenyataan bahawa kejadian ini semua telah dirancangkan jauh- jauh hari atas beliau (setelah pelengseran husni Mubarak ) , maka wajib hukumnya atasku untuk memohon maaf kepada presiden Mursi atas semua sikapku pada beliau, "katanya.

Ia juga memuji keteguhan Ikhwan dalam menghadapi rayuan rejim tentera sekaligus kezaliman mereka atas jamaah Ikhwan.

" Sejak dibentuknya Pakatan Nasional Untuk Menyokong Pemerintahan Perlembagaan (pro Mursi ), semua anggotanya - aku termasuk salah satunya - sempat merasa sangat bimbang bahawa Ikhwanul Muslimin akan memilih sikap bersetuju atau bersedia berunding dan menerima perjanjian dengan kaum pengkudeta , walapun kesepakatan tersebut mungkin dibawah standard tuntutan -tuntutan kami . Kami pernah berkeras untuk duduk bersama memastikan bahawa tidak berhak satu pihak pun dalam Pakatan Nasional untuk melakukan kesepakatan atau melakukan pertemuan dengan mana-mana pihak kecuali dengan kesepakatan ahli Pakatan ini . Namun setelah semua kejadian ini nampak dengan nyata bagi kami bahawa Ikhwanul Muslimin tidak berganjak dan menyalahi sejengkal kesepakatan yang sudah kami buat bersama , walaupun kami tahu bahawa merekalah yang paling merasakan kepedihan dan intimidasi selepas rampasan kuasa berlaku, dengan banyaknya para syuhada, orang -orang yang terluka dan yang tertangkap yang berasal dari kalangan mereka. "

Surat Khabar Mesir Akui Prestasi Pemerintahan Mursi




HAMPIR dua bulan selepas rampasan kuasa tentera yang menggulingkan presiden terpilih Muhammad Mursi, surat khabar yang dikendalikan negara sekarang mengakui Mursi dan prestasi pemerintahannya, lapor Middle East Monitor.

Surat khabar Al-Ahram menerbitkan sebuah laporan ekonomi pada hari Ahad lalu yang mendedahkan Mesir telah mencapai lebihan perdagangan untuk pertama kalinya dalam 50 tahun pada semester pertama tahun 2013.

Menurut laporan itu, Mesir mempunyai lebihan perdagangan bernilai kira-kira 15 bilion pound, dengan jumlah eksport naik menjadi 90,5 bilion pounds, manakala jumlah import tidak melebihi 75 bilion pound.

Hatem Saleh, bekas Menteri Perdagangan dan Industri, mengulas mengenai laporan tersebut dengan mengatakan: "Lebihan dagangan yang berjumlah 15 bilion pound adalah prestasi besar bagi Hisyam Qandil dan Dr Muhammad Mursi. Ini adalah prestasi pertama bagi Mesir di perdagangan dalam 50 tahun terakhir.

Saleh menambah kenyataan di Facebook: "Pencapaian ini merupakan hasil dari usaha bersama dari Kementerian Perdagangan, Bank Sentral dan beberapa agensi lain di tengah keadaan ekonomi dan politik yang sangat sukar. Allah telah berjanji untuk menghargai mereka yang bekerja keras. Lebihan perdagangan adalah hasil alami dari peningkatan Mesir dalam eksport selama enam bulan pertama dari tahun 2013 sampai 90,5 bilion pound sementara import tidak melebihi 75 bilion sebelum kudeta tentera pada 3 Julai. "

Inilah Nasihat Syaikh Al Qaradhawi pada Syaikh Al Azhar yang Mendukung Tentera Mesir




Presiden Persatuan Ulama Se-Dunia, Syaikh DR Yusuf Al Qaradhawi menyeru kepada Syaikh Al Azhar, DR Ahmad Ath Thayib, agar berani mengambil pendirian yang bebas dan tegas dalam berhadapan dengan tentera dan pihak rejim rampasan kuasa di Mesir.

Teguran terbaru ini dilakukan setelah beliau mengkritik tindakan bekas Mufti Mesir, Syaikh DR Ali Jum'ah berkenaan pendiriannya yang menyokong tindakan tentera dan fatwa yang 'berbahaya' tentang status Khawarij-nya Ikhwanul Muslimin.

Diantara teguran Syaikh DR Yusuf Al Qaradhawi, yang juga anggota Hai'ah Kibar Ulama Al Azhar ini, sebagaimana diterbitkan qaradawi.net  adalah:


1-Aku berharap sangat agar Syaikh Al Azhar berani melantangkan suaranya di hadapan tentera untuk mengatakan "TIDAK". Akan tetapi setiap pendirian yang dikeluarkan hanya menyebut "YA .. YA .. YA .." Kelantangan yang diharapkan adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Syaikh Abdus Salim dan Syaikh Khudari Husain di zaman mereka.

2-Jabatan Syaikh Al Azhar merupakan tanggungjawab yang diamanahkan, bukan acara menjadi kebanggaan, maka kewajipan bagi kamu menjadi Syaikh bagi semua umat Islam dan semua rakyat Mesir bukan ke atas sebahagian kelompok saja.

3-Campur tangan dalam urusan politik dan pentadbiran negara mestilah berlandaskan syara 'dan ilmu. Jika engkau tidak mempunyai kepakaran dalam bidang itu, maka kamu boleh merujuk pada ahlinya dan menilai persidangan parti-parti politik. Jangan terburu-buru sehingga menyebabkan engkau melanggar kesetiaan dan ketaata yang dilakukan di hadapan Presiden.

4-Jangan kamu mencemarkan syiar yang terdapat pada serban Syaikh Al Azhar dan janggut kealiman.

5-Aku menasihati dan mengingatkan kamu wahai Syaikh Al Azhar, bahawa berdosa perbuatan menolong ke atas pembunuhan Muslim walau dengan sepatah perkataan.

6-Jangan mengeluarkan pendirian secara peribadi tanpa melibatkan musyawarah dengan ahli yang layak, dalam Majlis Ulama Mu'tabar dan akademik kajian Islam serta para ulama yang lain.

Thursday, August 29, 2013

Kemenangan Datang Terlambat




Sayid Quthb *

Kadang -kadang kemenangan itu terlambat datangnya terhadap orang -orang yang dizalimi dan diusir dari negerinya tanpa dasar kebenaran selain mereka berkata " Tuhan kami adalah Allah". Kelewatan ini disebabkan oleh suatu hikmah yang dikehendaki Allah ...

Kadang -kadang terlambat datangnya kemenangan kerana struktur umat Islam belum cukup matang , belum cukup sempurna, belum berhimpun semua kekuatannya, belum terancang baik dan bersatu seluruh rangkaian, supaya diketahui seberapa puncak kekuatan peluru dan kesediaan yang dimilikinya . Kalau ia mendapatkan kemenangan pada saat itu ia akan mudah gugur kerana tidak mempunyai kemampuan menjaganya dalam waktu lama.

Kadang -kadang kemenangan terlambat datang hingga seluruh pejuang mencurahkan sagala kemampuan yang ia miliki, dan mengeluarkan apa saja yang ia punya. Maka tidak ada lagi yang tersisa dari barang yang mahal dan berharga kecuali sudah ia sumbangkan . Dia tidak hanya mencurahkan hal yang ringan lagi murahan di jalan Allah.

Kadang -kadang kemenangan itu terlambat datangnya supaya para pengusung kebenaran mencubakan seluruh kekuatan dan kemampuannya, hingga pada akhirnya ia sedar bahawa seluruh kekuatan itu tidak ada ertinya tanpa sokongan dari Allah dan tidak akan mencukupi untuk memperoleh kemenangan. Kemenangan itu hanya akan turun bila seluruh kemampuan sudah dicurahkan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Kadang -kadang terlambat datangnya kemenangan supaya semakin bertambah kedekatan orang- orang beriman dengan Allah ketika mereka menanggung kesulitan, kepedihan dan pengorbanan. Saat itu mereka tidak mencari sandaran selain Allah. Dan mereka tidak menghadapkan segalanya kecuali kepada Allah satu- satunya di dalam kesusahan itu. Hubungan ini menjadi jaminan keistiqamahan mereka nanti setelah Allah memberikan kemenangan. Hingga mereka tidak akan membangkang dan melenceng dari kebenaran , keadilan dan kebaikan di saat kejayaan menyapa mereka.

Kadang -kadang terlambat datangnya kemenangan kerana umat yang beriman belumlah betul- betul melepaskan segalanya dalam berjuang dan mencurahkan apapun demi Allah dan demi dakwahnya. Ia berperang untuk mendapatkan harta rampasan perang , atau kerana martabat kehormatanya , atau supaya disebut pemberani di depan musuhnya. Allah menghendaki supaya jihad untuk -Nya satu -satunya. Bebas dari segala bentuk perasaan yang menyamarkannya .

Kadang -kadang terlambat datangnya kemenangan kerana di dalam kejahatan yang ditentang oleh umat yang beriman masih terdapat sisa -sisa kebaikan. Allah menghendaki ia betul -betul bersih dari kejahatan supaya dia betul -betul murni. Dan kejahatan itu menyingkir dengan sendirinya dalam keadaan hancur. Tidak ada sedikitpun dari kebaikan yang ikut binasa bersamanya.

Kadang -kadang terlambat datangnya kemenangan kerana kebatilan yang diperangi umat yang beriman belum tersingkap kepalsuannya dihadapan manusia dengan sempurna. Andaikan orang beriman mengalahkannya pada waktu itu , pasti akan ada pembantu dari orang -orang yang tertipu olehnya , yang belum yakin dengan kerosakanya dan belum yakin kalau dia mesti lenyap. Maka nanti ia akan tetap mengakar dalam jiwa - jiwa orang awam yang belum dapat menyingkap hakikat mereka. Sehingga Allah membiarkan kebatilan sampai betul -betul terbuka di depan manusia dan mereka tidak akan merasa kecewa dengan kehilangannya.

Kadang -kadang terlambat datangnya kemenangan kerana persekitaran belum sesuai untuk menerima kebenaran , kebaikan dan keadilan yang dilakonkan umat yang beriman. Andai diberi kemenangan pada waktu itu pasti ia mendapatkan penentangan dari lingkungannya sendiri , dan ia tidak akan boleh tenteram bersamanya.

Senantiasa pertarungan berlanjut hingga jiwa - jiwa betul -betul bersedia untuk menerima kebenaran dan meyakini bahawa kebenaran itu mesti berjaya ..

Kerana semua ini, dan demi yang lain dari hal -hal yang hanya diketahui Allah , kadang -kadang terlambat datangnya kemenangan. Maka saat itu akan berlipat ganda jumlah pengorbanan, dan akan berlipat -lipat rasa pedih , pilu dan sakit, bersamaan dengan datangnya pembelaan Allah terhadap orang -orang beriman dan terwujudnya pertolongan bagi mereka pada akhirnya.

Allahumma ' ajjil lana bin nashr .
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sila Komen Disini